PENILAIAN ASUPAN KALSIUM
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Provinsi
DKI Jakarta merupakan kota metropolitan yang terbagi menjadi 6 kabupaten/kota
yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta
Timur, dan Kep.Seribu (Riskesdas 2010). Berdasarkan Laporan Provinsi DKI
Jakarta tahun 2009, wilayah DKI Jakarta memiliki kepadatan penduduk terbesar
adalah Jakarta Pusat sebesar 18.745 jiwa/km2 dan wilayah terjarang
selain Kep. Seribu adalah Jakarta Utara sebesar 10.035 jiwa/km2.
Berdasarkan teori yang ada bahwa “semakin jarang penduduk dalam satu wilayah
maka semakin tinggi tingkat kesejahteraannya”.
Pada dasarnya proses tumbuh kembang anak
dapat dibagi atas beberapa periode yaitu masa janin/pra lahir, masa bayi,
prasekolah, masa sekolah dasar dan masa remaja (Sayogo, 2006). Masa remaja
merupakan periode yang menjembatani kehidupan anak-anak dan dewasa, berawal
dari usia 9-10 tahun dan berakhir di usia 18 tahun (Arisman, 2004). Berdasarkan
BPS tahun 2009 sebesar 16.24% penduduk DKI Jakarta merupakan usia remaja. Pada
tahap ini perubahan berlangsung sangat cepat dalam hal pertumbuhan fisik,
kognitif, dan psikososial. Khususnya pada remaja putri yang akan mengalami
pematangan seksual lebih dulu dibandingkan laki-laki.
Mineral
merupakan bagian dari tubuh yang memegang peran penting dalam pemeliharaan
fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh
secara keseluruhan. Kalsium merupakan mineral yang banyak terdapat didalam
tubuh yaitu 99% berada di dalam jaringan keras (tulang dan gigi) (Almatsier,
2001).
Pada
masa remaja penyerapan kalsium dari makanan mencapai 75%. Lalu menurun hingga
20-40% begitu menginjak dewasa. Periode pembentukkan tulang optimal pada usia
9-18 tahun dengan anjuran asupan kalsium sebesar 1000 mg/hari berdasarkan AKG
2004. Oleh Karena itu, sangat penting untuk mengoptimalkan konsumsi kalsium
pada masa remaja (Mulyani, 2009). Laporan USDA, hampir 9 dari 10 remaja wanita
dan 7 dari 10 pria di Amerika Serikat tidak cukup mengkonsumsi kalsium. Hasil
penelitian yang dilakukan di 13 SMU di kota Bandung tahun 2004 menunjukkan
rata-rata asupan kalsium remaja kurang dari angka kecukupan gizi (AKG) yaitu
hanya 55.9% AKG atau sebesar 559.05 mg/hr dan sebanyak 76.2% remaja
mengkonsumsi kalsium kurang dari 75% AKG (Universa Medicine).
Asupan
yang tidak mencukupi pada remaja dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan
dan menundanya pematangan seksual. Pengaruh budaya, status ekonomi, personal preference, media, gaya hidup
merupakan faktor yang mempengaruhi pola makan remaja. Semakin baik sosial
ekonomi seseorang maka ketersediaan pangan terhadap jenis dan kualitas makanan
dirumah akan semakin beragam. Pengetahuan juga dapat mempengaruhi konsumsi
kalsium pada remaja. Semakin banyak informasi yang diperolah maka jenis makanan
yang dipilih semakin tepat.
Peningkatan
kebutuhan terjadi pada masa pertumbuhan, kehamilan, menyusui. Defisiensi kalsium
dan tingkat aktivitas fisik yang dapat meningkatkan densitas tulang sehingga
membantu absorpsi kalsium dalam tubuh yaitu semakin tinggi kebutuhan dan
semakin rendah persediaan kalsium dalam tubuh maka semakin efisien absorpsi
kalsium (Almatsier, 2001). Berdasarkan penelitian
Croll tahun 2006 menyatakan meningkatnya aktivitas olahraga seperti atlet yang
tidak didukung dengan asupan kalsium yang adekuat dapat menyebabkan
meningkatnya risiko rendahnya massa tulang dan patah tulang.
Media
merupakan sumber informasi utama yang palig mudah untuk diterima oleh
masyarakat di segala kalangan dan usia. Media yang dapat digunakan yaitu media
cetak, media elektronik maupun media papan atau billboard. Berdasarkan lokasi sekolah tersebut menunjukkan bahwa
lokasi sekolah ini sangat berdekatan dengan tempat perbelajaan yang menyediakan
berbagai jenis makanan yang cepat saji serta banyaknya billboard yang terpasang
untuk mempromosikan berbagai jenis produk mereka, sehingga secara tidak
langsung para peserta didik yang secara rutin melewati dan melihat tempat
tersebut akan mempengaruhi pola pikir mereka tentang produk yang dipromosikan
melalui billboard tersebut.
Setelah
mempelajari hal tersebut di atas, peneliti ingin mengetahui asupan kalsium berdasarkan
pola konsumsi, jenis kelamin, tingkat pengetahuan, aktivitas olahraga dan
tingkat pendidikan serta status pekerjaan orang tua pada remaja di SMA Negeri
80 Jakarta Utara.
Penulis: Meylinda
Jakarta 2012